Berita Bola

Statistik Jadi Bukti, Xavi Salah Satu Pelatih Terburuk Barcelona Sejak Tahun 2001

Tribunbola.News – Xavi sedang menghadapi tekanan besar. Laju buruk Barcelona beberapa pekan terakhir mempersulit posisi Xavi, terlebih dengan keputusan-keputusan anehnya di lapangan.

Minggu (16/10/2022), Barcelona bertekuk lutut di hadapan publik Santiago Bernabeu. Mereka takluk dengan skor 1-3 dari Real Madrid dalam duel krusial penentu pemuncak klasemen La Liga.

Pertandingan tidak berjalan mudah bagi Barca. Mereka lebih mendominasi penguasaan bola dan lebih banyak melepas tembakan, tapi Madrid bermain sangat efektif.

Kekalahan ini pun mempersulit posisi Xavi di kursi pelatih Barcelona. Apa maksudnya?

Robert Lewandowski vs Real Madrid: Dikantongi Eder Militao, Dibuat Tak Berkutik
Menang Efektif Ala Real Madrid: Cukup Bikin 8 Tembakan, Padahal Barcelona Catatkan 18!
1 dari 11 halaman
56% win rate

Lihat Juga:  Arsenal Dapat Kartu Merah, Arteta Merasa Dikerjai Wasit

Tercatat, duel kontra Real Madrid kemarin sekaligus jadi laga ke-50 Xavi sebagai pelatih Barcelona. Sayangnya catatan Xavi dalam 50 pertandingan tersebut tidak cukup bagus.

Xavi hanya mampu mencatatkan rasio kemenangan sebesar 56%. Dalam 50 pertandingan tersebut, Barca hanya 28 kali menang, 11 kali imbang, dan 11 kali kalah.

Mengutip BR Football, rasio 56% tersebut termasuk salah satu catatan terburuk dalam sejarah pelatih Barcelona sejak tahun 2001 silam. Artinya, Xavi bisa disebut sebagai pelatih gagal Barca di era modern ini.

Siap mundur

Sebelum pertandingan ini, Xavi menyadari tekanan berat untuk mengembalikan kejayaan Barcelona. Namun, dia siap mundur apabila dirasa tidak bisa menjadi solusi.

Lihat Juga:  Gaya Cristiano Ronaldo Jadi 'Pelatih' Dadakan Portugal di Piala Dunia 2022, Calon Juru Taktik Hebat?

“Saya tahu ada banyak tekanan, banyak kritik, ini Barca. Saya tidak akan berhenti bekerja dan berusaha,” kata Xavi.

“Ketika tiba harinya saya tidak lagi yakin (dengan diri saya sendiri), saya akan mundur. Saya tidak akan menjadi masalah bagi Barcelona, di hari ketika saya melihat bahwa keberadaan saya bukanlah solusi.”

Similar Posts